LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kerja
Menurut Sutalaksana (2006), bekerja
adalah kegiatan manusia mengubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan
yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Studi ergonomi dalam kaitannya dengan kerja
manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata
cara kerja yang harus diaplikasikan agar dapat memberikan peningkatan
efektifitas dan efesiensi. Selain juga kenyamanan ataupun keamanan bagi
pekerjanya. Salah satu tolak ukur selain waktu yang diaplikasikan untuk
mengevaluasikan apakah tata cara kerja sudah dirancang baik atau belum adalah
dengan mengukur penggunaan energi kerja atau energi otot manusia. Berat atau
ringannya kerja yang harus dilakukan oleh seorang pekerja akan dapat ditentukan
oleh gejala-gejala perubahan yang tampak dapat diukur lewat pengukuran anggota
tubuh atau fisik manusia.
Menurut Nurmianto (2008), secara umum jenis kerja dibedakan
menjadi dua bagian yaitu kerja fisik (otot) dan kerja mental. Kerja fisik pengeluaran
energi relatif banyak dan pada jenis ini dibedakan lagi menjadi dua cara yaitu
kerja statis dan dinamis, kerja statis tidak
menghasilkan gerak dan kelelahan lebih cepat terjadi. Kerja dinamis, yaitu kerja yang menghasilkan gerak dan kelelahan
relatif agak lama terjadi.
Menurut Nurmianto (2008), kerja
mental pengeluaran energi
relatif lebih sedikit dan cukup sulit untuk mengukur kelelahannya, hasil kerja
(performansi kerja) manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor diri
(individu), meliputi sikap, fisik, minat, motivasi, jenis kelamin, pendidikan,
pengalaman dan keterampilan. Faktor situasional, meliputi lingkungan fisik,
mesin, peralatan, metode kerja.
2.2 Manifestasi Kerja Berat
Menurut Sutalaksana (2006), Dengan bertambah kompleksnya aktivitas otot mak hal-hal yang patut
dijadikan pokok bahasan dan analisa terhadap manifestasi kerja berat. Berikut
ini adalah pokok bahasannya:
1.
Laju detak
jantung.
2.
Tekanan darah.
3.
Tempratur
badan.
4.
Konsumsi oksigen yang dihirup.
5.
Kandungan
kimiawi dalam tubuh.
6.
Keluaran
paru.
7.
Laju
pengeluaran keringat.
8.
Kecepatan
membuka dan menutupnya ventilasi paru.
Diantara sekian banyak kriteria maka denyut
jantung adalah merupakan variabel yang paling mudah untuk diukur, akan tetapi
hanya merupakan pengukuran konsumsi energi secara tidak langsung. Konsumsi
oksigen adalah merupakan faktor dari proses metabolisme yang dapat dianggap
berhubungan langsung dengan konsumsi energi, oleh karena itu, faktor tesebut
dianggap sebagai faktor pengukuran dan valid,
meskipun alat pengukurannya sendiri akan sedikit mengganggu subjek atau orang
yang sedang diamati. Seperti misalnya masker yang harus dipakai dapat menggangu
proses pernafasan, jika tidak dipasang dengan sempurna.
2.3 Konsumsi Energi Dan Konsumsi Oksigen
Menurut Sutalaksana (2006), Kriteria-kriteria
yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam
suatu sistem kerja yaitu kriteria faal meliputi kecepatan denyut jantung,
konsumsi oksigen, tekanan darah, tingkat penguapan, temperature tubuh, komposisi
kimia dalam air seni, tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan fungsi
alat-alat tubuh selama bekerja. Kriteria kejiwaan meliputi kejenuhan atau kejemuan, emosi, motivasi, sikap, tujuannya adalah
mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama bekerja. Kriteria hasil kerja meliputi pengukuran hasil kerja yang
diperoleh dari pekerja selama bekerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui
pengaruh kondisi kerja dengan melalui hasil kerja yang diperoleh dari pekerja.
Untuk merumuskan hubungan antara energy
expenditure dengan kecepatan heart rate (denyut jantung), dilakukan
pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expediture dengan
kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi
kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :
KE =
Et - Ei
|
Keterangan:
Y =
Energi (kkal/menit)
X =
Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
KE =
Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (Kkal)
Et =
Pengeluaran energi pada saat kerja (Kkal)
Ei =
Pengeluaran energi pada saat istirahat (Kkal)
Terdapat tiga
tingkat energi fisiologi yang umum yaitu istirahat, limit kerja aerobik, dan
kerja anaerobik. Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut tingkat metabolisis basah. Hal
tersebut mengukur perbandingan oksigen
yang masuk dalam paru-paru dengan karbondioksida yang keluar. Berat tubuh dan
luas permukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan dalam kilokalori/area
permukaan/jam. Rata-rata manusia mempuanyai berat 65 kg dan mempunyai area
permukaan 1,77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1 kilokalori/menit.
Menurut Nurmianto (2008), Kilocalorie adalah merupakan satuan dari
energi pada beberapa literatur ergonomi. Dalam unit SI (Satuan Internasional)
didapat bahwa: 1 kilocalorie (kcal) =
4,2 kilojoule (kj)
Konversi konsumsi energi diukur dalam
satuan watt, 1 watt = 1 joule/sec
Untuk mengkorversi satuan energi 1 liter
oksigen akan memberikan 4,8 kcal energi yang setara denagn 20 kj atau
1 liter
menghasilkan 4,8 kcal energi = 20kj
Menurut Nurmianto (2008), kelelahan
kerja adalah suatu kondisi dimana terjadi pada syaraf dan otot manusia, yang
mengakibatkan syaraf dan otot tidak dapat berfungsi
lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan dari sudut pandang industri adalah
pengaruh dari kerja pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk mengurangi
kecepatan kerja mereka atau menurunkan kualitas produksi dari performansi
optimis seorang operator.
2.4 Penentuan Waktu Istirahat
Penentuan waktu istirahat atau recovery berdasarkan konsumsi energi yang didapatkan
dari konversi kecepatan denyut jantung dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
R = Waktu istirahat (menit)
T = Waktu total kerja
K = Energi yang dikeluarkan dalam bekerja (kkal/menit)
S = Konstanta
Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur
konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh
akan mendapatkan 4,8 kcal energi.
Keterangan:
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
B
:
Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S :
Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)
Hal yang harus diperhatikan untuk
menentukan nilai S adalah tingkat pekerjaannya berdasarkan konsumsi oksigen
yang dibutuhkan.
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Pekerjaan
Tingkat Pekerjaan
|
Energy Expenditure
|
Detak Jantung
|
Konsumsi Oksigen
|
|
Kcal/menit
|
Kcal/8jam
|
Detak/menit
|
Liter/menit
|
|
Undully Heavy |
> 12.5
|
> 6000
|
> 175
|
> 2.5
|
Very Heavy
|
10.0 – 12.5
|
4800 – 6000
|
150 – 175
|
2.0 – 2.5
|
Heavy
|
7.5 – 10.0
|
3600 – 4800
|
125 – 150
|
1.5 – 2.0
|
Moderate
|
5.0 – 7.5
|
2400 – 3600
|
100 – 125
|
1.0 – 1.5
|
Light
|
2.5 – 5.0
|
1200 – 2400
|
60 – 100
|
0.5 – 1.0
|
Very Light
|
< 2.5
|
< 1200
|
< 60
|
< 0.5
|
Fatique adalah suatu
kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak
berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut industri
adalah pengaruh dari kerja pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk
mengurangi kecepatan kerja mereka atau menurunkan kualitas produksi, atau kedua-duanya
dari performansi optimum seorang operator. Cakupan dari kelelahan, yaitu:
(http//www.dian.staff.gunadarma.ac.id)
1. Penurunan dalam performansi kerja
Pengurangan dalam kecepatan dan
kualitas output yang terjadi bila melewati suatu periode tertentu, disebut industry fatique.
2. Pengurangan dalam kapasitas kerja
perusakan otot atau ketidakseimbangan
susunan saraf untuk memberikan stimulus, disebut Psikologis fatique
3. Laporan-laporan subyektif
dari pekerja
Berhubungan dengan
perasaan gelisah dan bosan, disebut fungsional fatique.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar