BAB II
CHEMICAL
MACHINING (CHM)
2.1
Pendahuluan
Berlainan dengan proses-proses
non-konvensional yang perkembangannya baru mulai intensif sejak berakhirnya
perang Dunia II maka proses chemical
machining pada prinsipnya telah dipergunakan di dalam peradaban manusia
sejak jaman dulu. Misalnya orang-orang Mesir kuno telah mempergunakan proses chemical machining ini untuk pembuatan
dkorasi dari logam. Sebenarnya secara tidak langsung, teknik pengerjaan inipun
telah dikenal oleh orang-orang Indonesia
sejak jaman peradaban Hindu. Misalnya teknik pembuatan keris oleh para Mpu pada
jaman tersebut. Hanya kalau dilihat dari periode sekarang ini maka teknik
pengerjaan chemical machining pada
jaman dulu lebih cenderung sebagai pekerjaan yang bersifat seni, karena
pengetahuan para Mpu maupun orang-orang Mesir kuno dibidang pengetahuan kimia
sangat terbatas.
Kemudian teknik pengerjaan ini
dikembangkan orang untuk pemakaian percetakan dan barulah pada periode perang
Dunia II proses chemical machining
ini dikembangkan lebih intensif untuk proses produksi masa. Pemakaian proses
ini, misalnya dalam industri pesawat terbang untuk mengurangi berat sayap
dengan jalan melarutkan bagian-bagian yang tidak penting dari pada sayap
tersebut. Pada proses elektronika, proses ini dipergunakan untuk pembuatan printed circuit dari pada suatu
rangkaian elektronik.

Gambar 2.1 Chemical
Machining (CHM)
2.2
Proses
Chemical Machining (CHM)
Proses chemical
machining (CHM) memiliki beberapa langkah untuk menghasilkan bagian
mesin. Berikut merupakan proses chemical
machining (CHM):
a. Bahan
Benda kerja harus dibersihkan pada awal proses chemical machining (CHM). Pembersihan
operasi dilakukan untuk menghilangkan minyak, lemak, debu, karat atau substansi
dari permukaan material. Proses pembersihan yang baik menghasilkan adhesi baik dari bahan masking.
Ada dua metode pembersihan yaitu metode
mekanik dan metode kimia. Proses pembersihan yang
paling banyak digunakan adalah metode kimia karena kerusakan lebih kecil
dibandingkan metode mekanik. Pembersih mesin ultrasonic diterapkan dengan
menggunakan larutan pembersih khusus dan pemanasan
yang bermanfaat selama proses pembersihan.
b. Langkah berikutnya adalah
lapisan benda kerja dibersihkan dengan menggunakan bahan masking
c. Pemilihan
masking tergantung pada material, jumlah yang dihasilkan, dan ukuran benda
kerja yang menerima proses chemical machining (CHM).
d. Etching merupakan tahap paling penting untuk
menghasilkan komponen yang
dibutuhkan dari bahan. Tahap ini
dilakukan oleh jenis etsa merendam mesin.
Bahan benda kerja terbenam ke dalam etsa dan yang menemukan adalah mesin.Proses ini umumnya
dilakukan pada temperature tinggi yang bergantung pada bahan benda kerja.
Kemudian benda kerja tersebut dibilas agar etsa bersih dari permukaan mesin.
e. Bahan
pembersih masking adalah bahan untuk menghapus masking
dari bagian benda kerja.

Gambar 2.2 Proses Chemical Machining (CHM)
2.3 Prinsip-Prinsip
Dasar Proses CHM
Pada dasarnya proses CHM ini adalah
suatu bentuk proses korosi yang terjadi pada suatu metal akibat adanya suatu
reaksi kimia yang mengubah metal tersebut secara kimiawi menjadi senyawa geram
yang mengandung unsure metal tersebut.

Gambar 2.3 Prinsip CHM
2.4 Klasifiksi
dan Seleksi dari pada Etchant Resistant
Materials.
Di dalam proses pengerjaan secara
relatif, dibutuhkan suatu material pelindung pada bagian benda kerja tersebut,
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi reaksi kimia antara bagian yang
terlindung itu dengan zat pelarut kimia. Material pelindung inilah yang disebut
dengan etchant resistant material atau lebih dikenal dengan istilah maskant. Berdasarkan cara pemakaiannya,
maka maskant ini dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Cut and peel maskant.
Cut
and peel maskant,
karakteristiknya dapat diuraikan sebagai berikut:
i.
Seluruh
permukaan benda kerja dilapisi dengan maskant
ini. Caranya dengan menyemprotkan ataupun dengan membenamkan benda kerja
tersebut ke dalam maskant.
ii.
Tebalnya
lapisan maskant pada permukaan benda
kerja bervariasi, antara 20-200 µm.
iii.
Lapisan
maskant pada daerah yang akan
dikerjakan kemudian dipotong dan dikupas. Untuk memudahkan dan untuk menjaga
ketelitian ukuran maka dipergunakan mal yang bentuk dan ukurannya telah
disesuaikan dengan bagian pada permukaan benda kerja tersebut yang akan
mengalami reaksi kimia.
iv.
Sifat
dan tebal lapisan maskant pada permukaan
benda kerja memungkinkan proses pengerjaan dengan CHM bias mencapai kedalaman
tetap 10 mm.
v.
Dengan
mempergunakan maskant tipe ini, maka
proses pengerjaan CHM secara bertingkat dapat dilakukan.
Material dari pada cut and peel maskant ini adalah:
i.
Senyawa
organik vinyl.
ii.
Senyawa
organik yang senyawa dasarnya adalah butyl.
iii.
Neoprene.
Cut
and peel maskant ini
banyak dipergunakan dalam industri pesawat terbang. Material benda kerjanya
adalah titanium dan baja paduan. Keuntungan-keuntungan diperoleh dengan mempergunakan
maskant jenis ini, diantaranya
adalah:
i.
Kemampuan
untuk melakukan proses pengerjaan pada elemen-elemen mesin dengan bentuk yang
tidak teratur (irregular-shape).
ii.
Cocok
untuk elemen-elemen mesin yang membutuhkan kedalaman proses pengerjaan sampai 10
mm.
iii.
Kemampuan
untuk menghasilkan suatu bentuk permukaan yang bertingkat pada permukaan benda
kerja.
Pembatasan di dalam pemakaian maskant tipe cut and peel:
i.
Maskant ini tidak cocok untuk dipergunakan pada benda kerja yang
tipis karena memungkinkan terjadinya deformasi pada bagian-bagian tertentu dari
pada benda kerja tersebut pada saat penarikan lapisan maskant dari permukaan benda kerja itu.
ii.
Ketelitian
ukuran benda kerja yang dihasilkan terbatas maksimum sekitar 130 µm.
b.
Photoresist maskant.
Maskant
jenis ini sangat sensitive terhadap
sinar ultraviolet. Benda kerja dilapisi photoresist
maskant dengan cara menambahkan ataupun menyemprotkan maskant tersebut pada permukaan benda kerja dan kemudian
dikeringkan. Karena photoresist maskant mempunyai ketahanan yang kurang
terhadap reaksi kimia, maka proses CHM yang terjadi hanya mampu menghasilkan ke
dalam proses pengerjaan sekitar 2 mm. Beberapa keuntungan dari pada photoresist maskant:
i.
Memungkinkan
proses CHM bisa dilakukan pada material yang sangat tipis.
ii.
Ketelitian
benda kerja bias tinggi sekitar 15 µm.
iii.
Kecepatan
produksi dari pada proses CHM dengan mempergunakan maskant ini bias dipertinggi dengan teknik fotografi.
Faktor-faktor yang menentukan di
dalam pemilihan maskant diantaranya
adalah:
i.
Daya
tahan maskant terhadap zat pelarut
kimia (etchant).
ii.
Maskant
tersebut mudah dilepaskan pada akhir proses pengerjaan.
iii.
Bentuk
dan ukuran benda kerja yang akan diproses.
iv.
Pertimbangan
ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan zat pelarut kimia (etchant-solution)
tersebut dengan memperhatikan fungsi dari pada zat pelarut kimia itu sendiri.
i.
Jenis
material benda kerja.
ii.
Jenis
maskant yang dipergunakan.
iii.
Besarnya
rate of metal removal yang
diinginkan.
iv.
Kondisi
pengerjaan (terutama pengaruh temperatur).
v.
Surface finish yang diinginkan.
vi.
Pertimbangan
ekonomi yang terlibat dalam proses pengerjaan ini.
Beberapa kekurangan dari pada photoresistant maskant diantaranya:
i.
Karena
terlalu tipisnya lapisan maskant ini
pada permukaan benda kerja maka mengurangi kedalaman yang bias dicapai oleh
proses CHM.
ii.
Pelekatan
yang tidak sempurna dari pada lapisan photoresistant
maskant pada permukaan benda kerja, kecuali jika sebelumnya permukaan benda
kerja yang akan dilapisi dibersihkan secara hati-hati.
iii.
Sensitive
terhadap sinar, kotoran dan debu, dan mudah rusak terhadap cara penggunaan yang
kurang berhati-hati.
iv.
Proses
pelapisan maskant ini jauh lebih
kompleks dibandingkan dengan maskant cut
and peel.
c.
Screen-print maskant
Sebelum maskant ini dipasangkan pada permukaan benda kerja terlebih dahulu
permukaan tersebut diberi tirai dengan semacam sutera (silk). Dengan teknik fotografi permukaan tirai tersebut diberi zat
pelapis sesuai dengan pola dari pada bagian-bagian yang akan mengalami proses
pengerjaan CHM. Kemudian barulah material benda kerja tersebut dicelupkan ke
dalam maskant dan maskant ini tidak akan melekat pada
bagian-bagian yang telah dilapisi dan proses CHM hanya terjadi pada
bagian-bagian ini. Jadi urutan pengerjaan dengan mempergunakan screen-print maskant adalah sebagai berikut:
i.
Benda
kerja dibersihkan dari debu dan minyak.
ii.
Pemasangan
print-screen maskant seperti yang telah diuraikan di atas.
iii.
Pengerjaan
dari pada pola bagian-bagian yang akan mengalami proses pengerjaan CHM, dan
juga pengeringan maskant.
iv.
Pelaksanaan
proses CHM.
Dalam hal ini karakteristik dari
pada screen-print maskant terletak diantara photoresist maskant dan cut and peel
maskant. Dengan mempergunakan screen-print
maskant, maka kedalaman proses pengerjaan bias mencapai 2 mm dan ketelitian
+ 100 µm.

Gambar 2.4 Proses CHM
2.5 Pembatasan-Pembatasan
Dalam Proses CHM
Terdapat beberapa pembatasan dalam
proses CHM. Berikut merupakan pembatasan dalam proses CHM:
a.
Membutuhkan
keahlian operator yang relative tinggi.
b.
Uap
yang berasal dari zat pelarut kimia (etchant)
adalah sangat korosif sehingga peralatan-peralatan yang dipergunakan dalam
proses ini harus benar-benar terlindung.
c.
Dalamnya
proses pengerjaan sangat terbatas.
d.
Produktifitas
relative rendah.
Produktifitas optimum dipengaruhi
oleh:
i.
Ukuran
benda kerja.
ii.
Dalamnya
proses pengerjaan.
iii.
Perbandingan
dari pada zat senyawa kimia yang dibutuhkan.
e.
Proses
CHM tidak tergantung kepada kekerasan benda kerja. Selama proses berlangsung
tidak terjadi perubahan sifat fisik material benda-benda kerja.
f.
Proses
CHM sangat fleksibel untuk segala bentuk benda kerja.

Gambar 2.5 Tingkat Pembatasan Chemical Machining (CHM)
2.6 Kesimpulan Dari Pada Proses CHM
Proses
CHM ini bisa dipergunakan untuk pembuatan lubang atau celah. Lubang atau
celahdibuat untuk balnking-operation
dan engraving (pembuatan huruf atau
bentuk-bentuk ukiran).

Gambar 2.6
Gerinda Silinder Tengah Chemical
Machining (CHM)

Gambar 2.7
Gerinda Pusat Chemical
Machining (CHM)

Gambar 2.8
Gerinda Permukaan datar 1 Chemical
Machining (CHM)

Gambar 2.9
Gerinda Permukaan datar 2 Chemical
Machining (CHM)

Gambar 2.10
Gerinda Permukaan datar 3 Chemical
Machining (CHM)
2.7 Keuntungan Proses CHM
a.
Set-up dan perkakas yang dipergunakan relatif
murah.
b. Tidak
terjadi bekas-bekas geram pada bagian tepi dari pada benda kerja yang
dikerjakan.
c. Pelat
tipis dapat dikerjakan tanpa terjadi deformasi (perubahan bentuk).
d. Ketelitian
pengerjaan bertambah semakin tipisnya benda kerja.
e.

Gambar 2.11 Chemical
Milling
aku boleh minta soft copy nya kak ?
BalasHapusbias email ke nurul.nisa120@gmail.com