Cari Blog Ini

Sabtu, 02 Februari 2013

Management By Objective (MBO)



MANAGEMENT BY OBJECTIVE


1.        Pengertian Management By Objective (MBO)
Sebutan “manajemen sesuai objektif” pertama dipopulerkan oleh Peter Drucker dalam bukunya tahun 1954 yang berjudul ‘The Practice of Management’. MBO sulit didefinisikan, namun secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian sumbangan masing-masing anggota.
Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Management by objective (MBO) atau manajemen by objective atau manajemen sesuai objektif adalah suatu proses persetujuan terhadap objektif di dalam satu organisasi sehingga manajemen dan karyawan menyetujui objektif ini dan memahami apa posisi mereka di dalam organisasi tersebut. MBO merupakan  sistem penilaian kinerja  individu disetiap level struktural, berdasarkan objective (sasaran) yang telah ditetapkan, dengan menggunakan indikator-indikator yang terukur.
Management by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan) Manajemen Berdasarkan Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan di dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. (Sondang P. Siahaan: 2004: 362). Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by objective (MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan bahwa dengan Management by objective (MBO) dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management by objective (MBO) adalah suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan program melibatkan semua pihak (stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan [1].         

2.        Kekuatan dan Kelemahan Management By Objective (MBO)
Hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kekuatan Manajeman By Objective yaitu:
1.    Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.
2.    Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran.
3.    Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.
4.    Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi.
5.    Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan organisasi.
Menurut Nanang Fattah (2009: 34) ada empat kekuatan dari Manajeman By Objective yaitu:
1.    Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.
Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.
2.    Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).
3.    Pengawasan lebih efektif berkembang.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari Manajeman By Objective adalah:
1.    MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen.
2.    MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas
3.    hingga tingkatan bawah dari manajemen.
4.    MBO memfokuskan pada hasil akhir.
5.    MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.
6.    Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.
7.    Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing dan tujuan organisasi.
8.    Pengawasan lebih efektif berkembang.
Adapun kelamahan dari Manajeman By Objective adalah pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalah sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.
Sedangkan menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk organisasi yang mempunyai program MBO formal, yaitu:
1.        Kelemahan-kelemahan yang melekat (inherent) pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya kertas kerja.
2.        Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh berbagai fungsi.
Menurut Nanang Fattah (2009: 35) ada empat kelemahan Manajeman By Objective yaitu:
1.        Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik Manajeman By Objective secara tepat.
2.        Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.
3.        Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara kuantitas.
4.        Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari menilai menjadi membantu bawahan.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan Manajeman By Objective adalah:
1.        Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat
2.        Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi
3.        Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara dikuantitas
4.        Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama
5.        Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja
6.        Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja
MBO mendorong setiap tingkatan manajemen berkomitmen untuk partisipasi dalam mencapai rencana yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam pelaksanaan MBO ini harus ada kesepakatan antara karyawan dan pimpinan, agar mereka melaksanakan dan memiliki komitmen yang sama, yaitu:
1.        Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian atau bawahan.
2.        Perencanaan yang akan dilakukan setiap divisi, untuk mendukung tujuan bersama.
3.        Standard pengukuran keberhasilan pencapaian tujuan.
4.        Prosedur untuk mengevaluasi keberhsilan pencapaian tujuan.

3.        Penilaian Kerja
Penilaian objective  yang ditetapkan terdiri dari 2 jenis, yaitu Quantitative  dengan porsi penilaian 80-85%  dan Qualitative (Soft Skill) dengan porsi penilaian 15 – 20 %. Penilaian yang bersifat Quantitativ  didasarkan pada Result (hasil) dari target yang terukur, seperti:
a.         Productivity
b.        Jumlah Produk Reject atau Internal Complain
c.         Jumlah Claim / Eksternal Complain
d.        Remake (Pembuatan ulang akibat adanya kesalahan pada proses)
e.         Loss Produksi
f.         Down Time
g.        Setting Time
h.        Absensi
Penilaian yang bersifat Qualitativ  didasarkan pada penilaian Soft Skill, yaitu Trait (Sikap) dan Behaviour (tingkah laku) individu dalam pengembangan kemampuan dan kemajuan karir. Seperti contoh berikut:
a.         Process Compliance (Patuh pada proses)
b.        Co-Working (Kerja sama Tim)
c.         Responsibility (Tanggung jawab)
d.        Integrity (Integritas)
e.         Time conciousness (kesadaran waktu)
f.         Analitical thinking (Berpikir analitis)
g.        Organizing (Kemampuan mengorganisasi)
h.        Team Leading (memimpin Tim)
i.          Challenging (Tantangan)
j.          Continous Learning
k.        Comunication skill (Kemampuan berkomunikasi)

4.        Tujuan Penerapan MBO
Beberapa tujuan dari penerapan management by objective yaitu[2]:
a.         Menciptakan sinergi mulai dari struktur organisasi terbawah hingga teratas, untuk mencapai target perusahaan. (Company Strategic Goal), mekanisme penetapan Objective dan Goal  melalui persetujuan appraiser secara bertingkat dari struktur bawah sampai atas.
b.        Memperbesar Tingkat validitas penilaian, yang akan meminimalkan bias penilaian dan meningkatkan fairness (rasa keadilan)
c.         Monitoring kinerja individu menjadi lebih efektiv
d.        Kontribusi individu terhadap pencapaian target dalam bagian  lebih terukur, sehingga perencanaan pengembangan SDM lebih akurat, detail, dan spesifik.
e.         Meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap Management
f.         Memberikan kejelasan jenjang karir & kompetisi antar karyawan unutk menjadi yang terbaik.
g.        Meningkatkan produktivitas pekerja
h.        Meningkatkan kinerja organisasi perusahaan
i.          Meningkatkan daya saing perusahaan
j.          Meningkatkan profit margin perusahaan
k.        Alat yang efektif untuk melakukan revolusi (perubahan dengan relative cepat dan memaksa) Struktural , mental dan budaya kerja karayawan. [3]



REFERENSI