Cari Blog Ini

Jumat, 23 Maret 2012

Pemancingan PURBAYA

Pemancingan Purbaya, Depok
Salah satu pemancingan tertua di Depok

  

Pemancingan Purbaya berdiri sejak tahun 1996, pemancingan purbaya sudah eksis dengan lomba galatama ikan mas. Awal kali berdirinya Pemancingan Purbaya hadir sebagai kolam harian, kiloan, sejak 1998 pemilik (Mamam Karman) memutuskan untuk menjadikan galatama ikan mas dan hingga kini masih tetap eksis.
            Fasilitas Pemancingan Purbaya cukup memadai, seperti kantin, musholah dan tempat parkir untuk motor dan mobil. Pemancingan Purbaya mempunyai moto “menang terhormat, kalah punya kebanggaan”. Karena selama pemancing berlomba dengan jujur atau tidak curang saat mendapatkan juara pemancing akan merasa sangat bangga dengan hadiah yang diperoleh, dan apabila kalah dalam berlomba atau tidak menang, pemancing juga akan merasa bangga karena dalam perlombaan itu pasti ada menang dan kalahnya.
            Pemancingan Purbaya buka setiap hari, lomba yang digelar mulai sore sampai malam hari, terbagi dengan dua sesi. Hari Senin-jum’at, sesi pertama dimulai dari pukul 16.00-19.00 dan sesi dua pukul 19.00-22.00. Tiket yang dipatok sebesar Rp. 50 ribu plus ekstra Rp. 20 ribu. Hari sabtu-minggu dan hari libur sesi pertama dimulai dari pukul 15.00-19.00 dan sesi dua pukul 19.00-22.00. Tiket untuk sesi pertama Rp. 75 ribu plus ekstra Rp. 25 ribu dikali dua,  untuk sesi dua dengan tiket Rp. 75 ribu plus ekstra Rp. 25 ribu.
            Adapun tiap sebulan sekali panitia Pemancingan Purbaya mengadakan Mega Lomba dengan tiket Rp. 100 ribu plus ekstra Rp. 25 ribu dikali dua, jadwal Mega Lomba di mulai pukul 15.00-16.00. Tersedia juga bonus ikan kumpai dengan berat minimal 1,3 kg, nominal pun tergantung lomba yang digelar. Jika saat Mega Lomba peserta berhak atas uang Rp.1 juta untuk ikan kumpai terberat dan saat lomba biasa ikan kumpai tergantung dari nominal tabungan jackpot yang ada. Untuk ikan induk yang terberat  di Pemancingan Purbaya mencapai 8 kg. Rencana ke depan kami akan memperluas lapak atau menambahkan lapak dari  47 lapak yang tersedia, hal ini bertujuan untuk memfasilitasi para mania yang mancing disini.

Alamat : jln raya radar auri gang H. Sofyan Cimanggis, mekarsari, Depok
No tlpn : 021 87753873


"MENANG TERHORMAT, KALAH PUNYA 

KEBANGGAAN"

Kamis, 22 Maret 2012

LANDASAN TEORI Work Sampling


LANDASAN TEORI


2.1       Definisi Sampling Pekerjaaan
Work Sampling, Ratio Delay Study atau Random Observation Research adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja operator. Awalnya cara ini dikembangkan di Inggris oleh seorang yang bernama L.H.C. Tippet di pabrik tekstil di Inggris, tetapi karena kegunaannya cara ini kemudian dipakai di negara lain secara lebih luas (Sutalaksana, 2006).
Sampling pekerjaan ini menggunakan ilmu statistik, tetapi pada sampling pekerjaan hal ini tampak lebih nyata. Beda sampling pekerjaan dengan cara jam henti adalah pada sampling pekerjaan, pengamatan tidak terus menerus berada di tempat pekerjaan dan waktu ditentukan secara acak (Sutalaksana, 2006).
Pengukuran waktu jam henti merupakan cara langsung karena dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung di tempat berjalannya pekerjaan. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling pekerjaan pengamatan tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan mengamati (di tempat pekerjaan) hanya pada sesaat pada waktu yang ditentukan secara acak Sampling pekerjaan dilakukan secara sesaat pada waktu yang ditentukan secara acak (Sritomo, 1992).
Metode work sampling sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki waktu yang relatif panjang. Pada dasarnya prosedur pelaksanaanya cukup sederhana, yaitu melakukan pengamatan aktifitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap satu atau lebih mesin atau operator dan kemudian mencatatnya apakah mereka ini dalam keadaan bekerja atau menganggur (Sritomo, 1992).


2.2       Kegunaan dan Langkah Sampling Pekerjaan
Sampling pekerjaan mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi sampling selain untuk menghitung waktu penyelesaian adalah sebagai berikut  (Sutalaksana, 2006):
1.    Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja.
2.    Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.
3.    Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
4.    Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.
            Distribusi pemakaian waktu kerja atau kelompok pekerja dan tingkat pemanfaatan mesin atau alat-alat secara mudah diketahui dengan mempelajari frekuensi setiap kegiatan atau pemakaian dari catatan pengamatan setiap melakukan kunjungan. Selanjutnya langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan cara jam henti. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 2006):
1.    Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling pekerjaan dilakukan, yang akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.
2.    Jika sampling ditujukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukanlah penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik. Jika belum, perbaikan atas kondisi dan cara kerja harus dilakukan dahulu.
3.    Memilih operator yang baik, bila perlu mengadakan latihan bagi para operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.
4.    Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan.
5.    Menyiapkan perlatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembar-  lembar pengamatan, pena atau pensil.
            Cara melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan juga tidak berbeda dengan yang dilakukan untuk cara jam henti yang terdiri dari tiga langkah yaitu (Sutalaksana, 2006):
1.      Melakukan sampling pendahuluan.
2.      Menguji keseragaman data.
3.      Menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan (menguji kecukupan data).
            Langkah ini dilakukan terus sampai jumlah kunjungan mencukupi yang diperlukan untuk tingkat keyakinan yang diperlukan (Sutalaksana, 2006).
            Langkah sampling pendahuluan dilakukan sejumlah kunjungan yang banyaknya ditentukan oleh pengukur, biasanya tidak kurang dari 30. Pada langkah pengujian keseragaman data, didapatkan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Batas kontrol yang diketahui bisa kita dapatkan melalui rumus:



 

                                                                                                   
        



 

                                                                                                     
                                                                                                          
                                              
Dimana adalah  = dengan nilai P1 didapatkan dengan rumus:



 x 100%

 


                                                                                                                       

            Untuk menghitung jumlah pengamatan yang diperlukan, maka membutuhkan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan. Jumlah pengamatan yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% diketahui melalui rumus.

 
 
                                                                                   


Keterangan:
k          = konstanta
S          = tingkat ketelitian
P          = didapatkan melalui rumus di bawah ini




 




2.3        Waktu Baku Pengamatan  Acak
            Kunjungan dilakukan dalam waktu yang ditentukan secara acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satuan waktu tidak terlampau singkat dan juga tidak terlampau panjang. Berdasarkan satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan (Sutalaksana, 2006).
            Selanjutnya dikatakan bahwa panjang satuan waktu tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu panjang. Untuk yang pertama kalinya sudah jelas, yaitu bila terlalu pendek misalkan satu menit, kemugkinan mendapatkan dua atau lebih kunjungan berturut-turut setiap satu menit sekali tentunya menyulitkan. Untuk yang kedua mudah pula dimengerti, yang akan menyebabkan jumlah kunjungan per hari terbatas yang berarti akan menjadikan masa pengamatan sampling pekerjaan lebih lama (Sutalaksana, 2006).
            Seperti yang sudah diketahui bahwa studi sampling pekerjaan akan dapat menjawab beberapa hal yaitu persentase atau proporsi antara aktvitas dan idle, penetapan waktu baku kegiatan. Seperti halnya dalam stopwatch time study maka disini juga harus diestimasikan terlebih dahulu performance rating dari operator yang diukur dan waktu longgar yang ada (Sritomo, 1992).
            Perhitungan waktu baku, waktu kelonggaran dan faktor penyesuaian sangat menentukan. Untuk lebih mudahnya dapat kita lakukan melalui rumus di bawah ini (Sritomo, 1992):




 

                 



 
                                                                                                 
                                                                                                                 
                                                                                                           


 
                                                                                                           
                                                                                                                       





Waktu normal = Waktu siklus x penyesuaian

 




Waktu baku = waktu normal (1 + kelonggaran)

 
                                                                                                             


2.4       Sampling  Pekerjaan untuk Menghitung Kelonggaran
            Selain untuk mendapatkan waktu baku dan kegunaan-kegunaan lain, sampling pekerjaan dapat juga dipergunakan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan basarnya kelonggaran. Ada tiga macam kelonggaran yaitu (Sritomo, 1992):
1.        Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kelonggaran kebutuhan pribadi di sini adalah hal-hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, dan bercakap-cakap. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam bekerja.
Kebutuhan-kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak misalnya, seorang pekerja diharuskan bekerja dengan rasa dahaga atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja, tetapi juga merugikan perusahaan. Kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan produktifitasnya menurun.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerja ke pekerja lainnya, karena setiap pekerja memiliki karakteristik dan tuntutan yang berbeda. Peneliti yang khusus perlu dilakukan untuk  menentukan besarnya kelonggaran ini secara tepat seperti dengan sampling pekerjaan. Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran bagi pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita. Pekerjaan-pekerjaan ringan pada kondisi-kondisi normal pria memerlukan 2-2,5% dan wanita 5% (persentase ini adalah dari waktu normal).


2.        Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue
Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat di saat-saat hasil produksi menurun. Masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan saat-saat menurunnya hasil produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatigue, karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
Rasa fatigue telah datang dan pekerja harus bekerja, maka untuk menghasilkan performance normalnya, usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal yang akan menambah rasa fatigue. Hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatigue total. Artinya adalah jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sudah dikehendaki. Hal demikian jarang terjadi, karena berdasarkan pengalamannya, pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa. Selambat-lambatnya gerakan kerja ditunjukan untuk menghilangkan rasa fatigue.
3.        Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan.
Berdasarkan pelaksanaan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Terdapat hambatan yang dapat dihindarkan, seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur. Hambatan yang tidak dapat dihindarkan, yaitu jika berada di luar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Hambatan yang pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya. Penyebab perlunya diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku. Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan tak terhindarkan adalah:
a.     Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.
b.    Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.
c.     Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti, mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas, dan sebagainya.
d.    Memasang peralatan potong.
e.     Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang.
            Sehubungan dengan penggunaan sampling pekerjaan untuk mendapatkan kelonggaran ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah sifat dari kegiatan-kegiatan kelonggaran yang tidak selalu tampak sebagai kegiatan yang berdiri sendiri.  Misalnya, untuk menghilangkan rasa fatique operator tidak selalu berhenti bekerja, tetapi juga dapat dengan melambatkan kecepatan kerja. Yang terakhir ini tidak mudah untuk dideteksi selama kunjungan-kunjungan dilakukan, namun paling tidak dengan sampling pekerjaan didapat “kelonggaran untuk yang tampak” yang seolah-olah dapat dipergunakan sebagai kelonggaran minimal untuk pekerjaan yang bersangkutan atau jika ditambahkan sejumlah kelonggaran lagi akan didapat kelonggaran yang diharapkan. Kedua adalah bahwa operator yang diukur harus seorang yang melakukan kegiatan-kegiatan kelonggaran secara wajar; artinya dia tidak bercakap-cakap terlampau banyak, sering minum atau ke kamar kecil karena badan yang tidak sehat dan sebagainya. Hal ini adalah untuk menjamin agar kelonggaran yang berakhirnya didapatkan merupakan kelonggaran yang sepantasnya.
            Cara shumard memberikan patokan penilaian melalui kelas-kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri. Pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator menurut kelas-kelas Superfast+, Fast, Fast-, Exellent dan seterusnya. Seorang yang dipandang bekerja normal diberi nilai 60, dengan nama performance kerja yang lain dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian.
Tabel 2.1 Penyesuaian Menurut Cara Shumard
Kelas
Penyesuaian
Superlast
Fast +
Fast
Fast –
Execellent
Good +
Good
Good –
Normal
Fair +
Fair
Fair –
Poor

100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40








Penyesuaian dapat ditentukan selain melalui metode Shumard, terdapat metode Westinghouse. Metode ini memiliki 4 macam kelas yakni, kelas keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi
Tabel 2.2 Penyesuaian Menurut Cara Westinghouse
Faktor
Kelas
Lambang
Penyesuaian
Keterampilan
Superskill

Excellent

Good

Average
Fair

Poor
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
+0,15
+0,13
+0,11
+0,08
+0,06
+0,03
0,00
- 0,05
- 0,10
- 0,16
- 0,22
Usaha
Excessive

Excellent

Good

Avarage
Fair

Poor
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
+0,13
+0,12
+0,10
+0,08
+0,05
+0,02
0,00
- 0,04
- 0,08
- 0,12
- 0,17
Kondisi Kerja
Ideal
Excellenty
Good
Average
Fair
Poor
A
B
C
D
E
F
+0,06
+0,04
+0,02
0,00
- 0,03
- 0,07

Konsisitensi
Perfect
Excellenty
Good
Average
Fair
Poor
A
B
C
D
E
F
+0,04
+0,03
+0,01
0,00
-0,02
-0,04

2.5       Aplikasi dari Metode Sampling Kerja
            Aplikasi dari sampling kerja dalam industri antara lain (Sritomo, 1992):
1.        Penetapan Waktu Baku
a.    Mengetahui presentase antara aktivitas kerja dan idle.
b.    Menetapkan waktu baku.
2.        Penetapan Waktu Tunggu
a.    Menekan aktivitas idle sampai presentase yang terkecil, yaitu dengan    memperbaiki metode kerja. Selain itu, menekan juga alokasi pembebanan mesin atau manusia secara tepat.
b.      Membakukan metode kerja yang digunakan sebelum menetapkan waktu longgar (allowance).
d.      Melakukan proses penyederhanaan kerja (work simplification).
3.    Disiplin Kerja
a.       Dapat meningkatkan disiplin kerja karena sampling kerja dilakukan secara   random.

2.6       Pengelompokan Kerja untuk Aktivitas Maintenance
            Sebelum ditentukan proporsi aktivitas maintenance, lebih dulu dilakukan penjabaran elemen-elemen kerja secara detil (dian.staff.gunadarma.ac.id):
1.        Pekerja tidak ada di tempat.
2.        Mengambil order penugasan kerja.
3.        Mempelajari perintah kerja.
4.        Bersiap-siap melakukan tindakan pemeliharaan.
5.        Personal dan idle time.
6.        Ketidakseimbangan beban kerja.
7.        Kegiatan menunggu (delay).
8.        Berbicara dengan supervisor tentang hal yang terkait pekerjaan.
Berikut ini merupakan pengelompokan kerja pada aktivitas maintenance (dian.staff.gunadarma.ac.id):
1.        Kegiatan Langsung (Direct Work)
a.       Pekerja pemeliharaan sedang bekerja.
2.        Kegiatan Tak Langsung (Indirect Work)
3.        Kegiatan perencanaan sebelum aktivitas maintenance dilakukan
b.    Misalnya  mempelajari manual mesin, menyiapkan peralatan.
4.        Kegiatan Berjalan atau Bergerak (Travel)
c.    Pekerja terlihat mondar-mandir terkait dengan pekerjaannya, misalnya pekerja konsultasi dengan supervisor.